Jumat, 10 Mei 2013

di masa depan nanti kekuatan militer indonesia akan semakin kuat,nantinya kekuatan militer indonesia juga akan didominasi produk lokal berikut beberapa alutsista yang akan menambah kekuatan militer indonesia baik tni au,ad,al.....

1.chang bogo class submarine
Setelah sekian lama duet KRI Cakra dan KRI Nanggala menjaga lautan nusantara, kini akan hadir – dalam waktu yang relatif dekat – 3 unit kapal selam baru untuk memperkuat armada kapal selam TNI-AL. Mereka adalah kapal selam kelas Chang Bogo buatan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Korea Selatan. 2 unit diantaranya dibuat oleh DSME dan 1 unit sisanya dibuat di dalam negeri oleh PT. PAL dengan supervisi dari DSME.

Sebelumnya ramai diberitakan Chang Bogo bersaing dengan Kilo dari Rusia dan Scorpene dari Perancis juga Tipe 209/1400 buatan HDW – Jerman, namun atas dasar pertimbangan efisiensi biaya serta tawaran transfer teknologi pembuatan kapal selam oleh DSME membuat Chang Bogo yang menjadi jawara dalam tender TNI-AL mengikuti kontrak pembelian pesawat latih berkemampuan serang darat T-50 Golden Eagle LIFT yang akan menggantikan peran Hawk Mk.53 dan Hawk 100 TNI-AU


Satu hal lain yang diketahui selain kemampuan untuk meluncurkan peluru kendali dan perangkat sonar yang lebih canggih ialah dari segi ukuran fisik Chang Bogo yang lebih besar 100 ton dibanding KRI Cakra dan KRI Nanggala yang memiliki kelas bobot 1.300 ton.

2.kf-x fighter

Proyek prestisius-ambisius pesawat tempur Korea/Indonesia Fighter Experiment (KFX/IFX) telah ditunda pada tahap pertama. Hal ini juga diungkapkan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Young-sun.

Dari ruang kerjanya, Kim menyatakan bahwa penundaan dari proyek pesawat tempur taktis-strategis ini sebagai suatu rancang bangun jangka panjang, jadi pihak Indonesia dan Korea Selatan sendiri tidak perlu merasa tergesa-gesa. Selain itu, menurut Kim, juga ada upaya untuk mengadopsi teknologi-teknologi terbaru untuk diimplementasikan ke dalam program KFX/IFX ini.


3.midget submarine kate
.

Saat armada kapal selam masih begitu aktif, Indonesia mengirimkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. Misalnya, di Jerman Barat dan Pakistan. “Saya merasakan keduanya. Ya di Jerman, ya di Pakistan,” kenang Dradjat Budiyanto. Kakek tujuh cucu itu benar-benar dididik untuk menjadi prajurit dengan spesialisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru, yakni kapal selam. Memang, sejak berkarir di matra laut itu, Dradjat selalu berada di kesatuan kapal selam.

Dia belajar di Pakistan pada 1996. Kala itu, KSAL Laksamana Arief Kushariadi menginginkan alutsista matra laut yang terjangkau. Sebab, alokasi dana bagi TNI-AL begitu minim. Penugasan ke Pakistan tersebut juga merupakan “penolakan” secara halus terhadap rencana pembelian kapal selam baru tipe Scorpene dari Prancis. Kapal itu dibanderol USD 600 juta tanpa torpedo. Versi lengkapnya seharga USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). “Terlalu mahal untuk TNI-AL saat itu,” ujar Dradjat.

Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Di kalangan mereka, kapal selam itu disebut midget. Itu adalah istilah untuk sesuatu yang mini alias kuntet atau kate. Nah, kapal selam kuntet itu hanya menghabiskan anggaran USD 13 juta. Jauh lebih murah daripada Scorpene made-in Prancis tersebut.

“Ditambah pengetahuan dari Jerman, saya bisa menciptakan sendiri desain midget saat kembali di Indonesia,” jelas suami Sri Hartini tersebut. Dradjat yang rambutnya telah memutih itu membuktikan omongannya. Dia membuka sebuah map merah berukuran 30 x 35 sentimeter. Isinya adalah konsep midget, kapal selam kate, yang dia ciptakan selama enam tahun sejak 1997.

Kapal rancangan Dradjat berbadan luar baja. Panjangnya 24 meter dan hanya berisi 11 orang. Awaknya adalah empat komando atau frogman serta tujuh pelaut. Karena berukuran kuntet, ia hanya mampu membawa empat torpedo. “Tidak bisa dikecilkan lagi ukurannya. Lha wong torpedonya saja delapan meter,” tegas pria kelahiran Madiun, 28 Januari 1943, tersebut.


4.kapal cepat rudal X3K trimaran

.TNI AL tetap akan melanjutkan pemesanan Kapal Cepat Rudal ( KCR ) canggih sejenis dengan KRI Klewang yang terbakar dan meleleh belum lama ini.
"Kita akan evaluasi, namun secaragaris besar kita tidak akan memesan yang sama dalam arti bahan yang sama,” jelas Soeparno.
Kontrak pembuatan kapal kata Soeparno juga akan dievaluasi lagi, namun bukan berarti pemesanan dibatalkan. Sebenarnya kata Soeparno TNI AL memesan empat Kapal Cepat Rudal ( KCR ) Trimaran. Namun setelah ada kejadian terbakar dan tidak bisa diatasi kontrak akan dievaluasi lagi, terutama bahan pembuatan kapal yang tidak sama dengan kapal yang terbakar. Kapal yang terbakar itu belum diserahkan ke TNI AL.
“Kalau kita memesan kapal dengan bahan yang sama dan masyarakat tahu terbakar dan tidak bisa diatasi, apa kata dunia,” ujar Soeparno.
Sebelumnya KRI Klewang 625 yang dipesan TNI AL dari galangan kapal PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi, Jawa Timur, terbakar di Pangkalan Angkatan Laut Banyuwangi pada 28 September 2012.
Kapal yang diperkenalkan pada 31 Agustus 2012 itu statusnya masih dalam tahap uji coba. Kapal perang dengan harga sekitar Rp 114 miliar dan dilengkapi senjata rudal itu, memiliki keunggulan tidak terdeteksi oleh radar musuh dan cocok digunakan untuk kegiatan patroli di wilayah perairan Indonesia.



5.panser amfibi pindad
 Ada keterangan menarik yang disampaikan Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo, terkait pengembangan Panser Anoa Amphibi, saat pameran Alutsista TNI di Monas Jakarta, awal Oktober 2013. Wahyu utomo mengatakan panser yang akan mereka buat tahun 2015, mampu mengarungi: sungai laut dan udara. Panser tersebut akan melibatkan kerjasama dengan Italia dan Korea Selatan: “Tahun 2015, panser anoa akan bisa beroperasi di laut dengan teknologi hydrojet. Untuk mendapatkan kemampuan itu, PT Pindad bekerjasama dengan Italia dan Korea Selatan”, ujar Wahyu Utomo.
Jika bekerjasama dengan Italia untuk membuat panser amphibi, kira-kira bentuk Panser Pindad nanti seperti apa ?. Salah satu APC produk Italia yang sedang naik daun adalah Superav 8×8 buatan Iveco Defence Vehicles.

Superav 8×8 dibuat Iveco Defence Vehicles untuk menggantikan 600 unit kendaraan tempur amphibi M113 dari Pasukan Pendarat Angkatan Darat Italia, pada tahun 2010.Superav 8×8 ini menarik perhatian negara lain karena dianggap memiliki mobilitas tinggi dan proteksi superior bagi operasi pasukan militer di medan pertempuran. Kemampuan amphibi Superav 8×8 didukung sistem propulsi waterjet, mampu bergerak 5 km/jam di air di laut hingga level sea II atau dengan ketinggian ombak maksimum 1/2 meter. Superav bisa dilepas, jauh dari garis pantai oleh kapal pengangkut dalam melakukan penyerbuan.
Dengan kecepatan maksimum 105km/jam, kendaraan ini dapat beroperasi sejauh 800 km di daratan atau 64 km di air serta bisa diangkut pesawat transport C-130 Hercules.
Pada Agustus 2011, Iveco Defence Vehicles dan BAE Systems bergabung untuk menawarkan kendaraan platform amphibi bagi US Marine Personnel Carrier (MPC). Dalam kesepakatan itu, Iveco dan BAE Systems mengembangkan kendaraan baru berbasis Iveco Superav 8×8. Kendaraan BAE – IVECO SuperAV 8×8 Marine Personnel Carrier (MPC) itu kini sedang menjalani uji coba di air.
Varian Superav
Fleksibilitas dari disain Superav membuat kendaraan tempur ini dapat dirakit menjadi berbagai varian dari platform yang sama. Hal serupa sebenarnya terjadi juga dengan Patria AMV 8X8 Finlandia, sehingga banyak pihak asing tertarik membeli jenis kendaraan tempur tersebut.
Superav dapat digunakan sebagai: Kendaraan tempur pengangkut pasukan, Kendaraan Anti-Tank, Mortar carrier, Kendaraan Pos Komando, Engineer/ recovery vehicle, serta Ambulans. Dengan mengusung sistem monocoque Superav memiliki dua varian lebar body, yakni 2.7 m serta 3 meter. APC ini mampu menampung 13 pasukan, termasuk supir dan 12 anggota pasukan. Untuk keluar masuk pasukan, tersedia pintu di bagian atas serta bagian belakang APC.
Dengan bobot tempur 24 ton, Superav 8×8 memiliki konfigurasi panjang 7,92 meter, lebar maksimum 3 meter serta tinggi 2,3 meter, dilengkapi peralatan standar: air conditioning system, NBC (nuklir, biologi, kimia) system, pendeteksi api dan kebakaran, suppression system serta central tyre inflation system.
Iveco Superav 8x8
Iveco Superav 8×8

Superav mengusung persenjataan hingga kaliber 40 mm, serta sistem turret/canon, dilengkapi 8 peluncur granat asap. Chasis dan hull-nya dilengkapi sistem proteksi pasif dan aktif untuk menyediakan perlindungan level tinggi terhadap serangan senjata mesin, artileri, ranjau atau pun perangkat peledak buatan IED attacks. Kendaraan ini bisa dipasang lapisan pengaman tambahan (add-on armour kits) untuk meningkatkan proteksi. Kemampuan survival ditingkatkan dengan adanya sistem pemadam api dan anti-ledakan.
Kendaraan ini digerakkan double turbocharged multifuel diesel engine yang menghasilkan tenaga 500-560 hp, dengan gearbox 7 transmisi untuk maju dan 1 untuk mundur. Mesin dan sistem kemudi APC Superav 8×8 turunan dari kendaraan tempur Italia Centauro yang sudah combat proven.

6.light tank pindad

Indonesia dan Turki menandatangani kesep
akatan kerjasama pembuatan tank medium pada ajang IDEF 2013 di Turki, awal Mei lalu, untuk dijadikan Tank Nasional, setelah Indonesia sebelumnya sukses membangun Panser Anoa.
“Indonesia memilih FNSS Turki karena pengalaman dan tekhnologi kami telah  diakui dunia” ujar pejabat FNSS di Ankara. Proyek kerjasama itu akan menghasilkan prototype dalam 4 tahun ke depan. “Kami sedang mengajukan proposal secara resmi untuk bersama-sama merancang, mengembangkan dan memproduksi tank medium,” katanya.
Yang menjadi pertanyaan, rancang bangun tank model apa yang diajukan FNSS Turki maupun Pindad Indonesia ?
Opsi yang mungkin ditawarkan FNSS Turki adalah produk terbaru mereka, Konsep  Light Armoured Weapon Carrier – Tracked (LAWC-T), Tank Kaplan.
Tank Kaplan diciptakan FNSS sebagai lapis baja ringan untuk berbagai tujuan: Tank pengintai, Anti-tank (dengan peluncur ATGM) dan juga bantuan tempur/ bantuan tembakan bagi infanteri.
Konsep Tank Kaplan sengaja diperkenalkan Turki di ajang Eksebisi IDEF 2013, untuk mencari masukan dari calon pembeli. Setelah keinginan calon pembeli diserap, FNSS Turki akan membuatkan prototype varian baru dari Tank Kaplan. Ceruk bisnis inilah yang berhasil diraih FNSS Turki dengan Malaysia. FNSS Turki menyodorkan IFV PARS 8×8, kemudian direspon Malaysia dengan meminta sejumlah modifikasi disesuaikan kebutuhan militer Malaysia. Setelah modifikasi, prototype varian PARS 8×8 itu dikirim ke Malaysia untuk di ujicoba.  Jika semua sudah cocok, barulah IFV itu dibuat dengan skema kerjasama dengan Deftech Malaysia
Skema kerjasama PT Pindad dengan FNSS bisa jadi secara garis besar seperti itu. Seberapa besar prosentase keterlibatan PT Pindad dalam membangun Tank baru, tentu disesuaikan dengan seberapa besar kemampuan PT Pindad dalam membuat Tank.
Hull/ body dari Tank Kaplan terbuat dari alumunium curah (non-patri) yang dilapis armor ballistic protection STANAG 4569 Level 4, mampu menahan tembakan senjata mesin berat penyobek lapis baja 14.5×114 mm standar Rusia atau Armor-Piercing Fin-Stabilized Discarding-Sabot 14.5x114mm (NATO).
Kaplan juga memiliki perlindungan ranjau STANAG 4569 Level 3 dan bisa ditingkatkan dengan memasang plat baja di bawah tank.
Komandan dan pengemudi duduk bersebelahan di bagian depan dilengkapi 8 periskop untuk mendapatkan pandangan 180 derajat. Mereka juga dilengkapi rangkaian kamera siang dan malam (penjejak panas/thermal imager), long range CCD camera dengan jangkauan 360 derajat yang dikontrol dari panel flat di ruang kendali komandan dan pengemudi. Selain itu masih ada juga penjejak infra merah, untuk mengukur jarak kendaraan lawan.
Light Armoured Weapon Carrier – Tracked (LAWC-T) Kaplan disiapkan untuk bisa dipasang berbagai jenis turret, sesuai keinginan/ kebutuhan konsumen, seperti canon 25-40 mm otomatis ataupun manual, turet pembawa berbagai rudal anti-tank, ATGM, serta pilihan lain, meriam dari berbagai kaliber.
Kaplan memiliki chasis yang pendek dengan mesin yang terpasang di bagian belakang, memungkinkan komandan dan pengemudi duduk berdampingan di depan, untuk mendapatkan pemandangan yang tertinggi dan luas dari medan perang. Penempatan mesin di bagian belakang juga dimaksudkan mengurangi tingkat kebisingan dan jejak panas yang ditinggalkan.
LAWC-T in mengangkut 5 kru yang masuk lewat pintu belakang serta dua pintu samping. Pengemudi juga dilengkapi pintu kecil di bagian atas.
Didorong oleh mesin diesel dengan 3 shock absorbers di setiap sudutnya, Tank Kaplan memiliki mobilitas tinggi sehingga memungkinkan untuk beradu cepat atau mengejar Main Battle Tank, baik di jalan beraspal atau cross country.
Adanya kemampuan itu membuat Kaplan bisa berfungsi sebagai Anti-Tank  (dengan ATGM) ataupun intai tempur. untuk mobilitas, Kaplan bisa diangkut dengan Hercules C 130 ataupun kereta api.
Opsi lain yang dimiliki FNSS Turki adalah ACV 300 yang diubah menjadi ACV SW dilengkapi turret BMP 3 Rusia.
Tank Kaplan Canon 105/120mm dan AFV SW adalah dua prototype yang mungkin diajukan oleh Turki. Tapi tidak tertutup kemungkinan Pindad juga akan mengajukan prototype yang pengerjaannya akan dibantu FNSS.
Jika turet yang diinginkan Pindad dari Cockerill Belgia, ada dua produk yang beredar di pasaran. Yang terbaru adalah Tank Anders buatan Polandia.
Tank Anders mengambil basis pengembangan dari IFV CV90, yang juga dibeli oleh Polandia. Tank ini memiliki berat 35ton dan dipersenjatai meriam cockerill 105 dan 120mm

7.helicopter carrier pal
Pemerintah mengalokasikan dana Rp70 miliar bagi pengadaan kapal induk kecil selama 2009 untuk memperkuat armada Badan Koordinator Keamanan Laut (Bakorkamla) dalam melakukan penjagaan dan pengawasan wilayah serta kedaulatan wilayah NKRI.
"Kapal-kapal tersebut akan diproduksi di galangan kapal dalam negeri dengan local content yang relatif tinggi," kata Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Budhi Hardjo, seusai membuka seminar bertema Pengelolaan dan Pemahaman Perjanjian Perbatasan Wilayah Laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Jakarta kemarin.

Menurut dia, kendati telah mengalokasikan dana Rp70 miliar tersebut, pemerintah tidak menutup peluang bagi negara lain untuk memberikan bantuan atau kerja sama. Hingga saat ini ada sekitar empat negara yang telah menawarkan bantuan untuk pengadaan kapal-kapal tersebut, antara lain Australia.meskipun begitu sepertinya tidak ada berita lagi mengenai kepastian tersebut.